Tuesday, April 12, 2016

Perhatian Punya Usaha Belum Tentu Pebisnis


Karena sekarang saya punya usaha dan ingin berkembang, saya cari-cari artikel tentang wirausaha dan juga membaca buku tentang usaha. Artikel dari posting di om jamilazzain  yang menurut saya mengingatkan kembali saya,apakah saya ini seorang pengusaha atau hanya pekerja yang bekerja di usaha sendiri. berikut ini saya copykan artikel beliaunya. semoga bermanfaat bagi kita semua.
Ada banyak orang setelah ikut seminar atau training wirausaha akhirnya memutuskan resign (keluar) dari kantornya.  Alasannya beragam, “Saya mau jadi pengusaha. Saya ingin bebas mengatur waktu. Saya ingin punya penghasilan yang lebih besar. Saya ingin bisa lebih dekat dengan keluarga.”
Setelah mereka menjalankan bisnis, apakah keinginannya itu terwujud? Tentu ada yang terwujud, ada pula yang tidak. Bahkan tidak sedikit yang kualitas kehidupannya semakin menurun setelah “berbisnis”. Banyak pula yang terjebak pada kesibukan operasional bisnisnya, hutang bertumpuk dan keharmonisan keluargapun terganggu.
Mengapa itu terjadi? Menurut saya karena ada yang salah memahami makna bisnis atau berwirausaha. Ada yang beranggapan bila mau bisnis harus memiliki keterampilan atau keahlian dalam bidang tertentu. Bisnis diartikan sempit sebagai “keahlian atau keterampilan”. Akhirnya, mereka yang merasa ahli masak kemudian mendirikan restoran. Ia yang memasak, ia pula kokinya. Bila ini terjadi Anda bukan pengusaha, Anda hanya pekerja yang bekerja di usaha Anda sendiri.
Pebisnis  itu yang utama adalah mindset dan mental, bukan keterampilan. Memang akan lebih baik bila Anda menguasai keterampilan. Tetapi, tidak baik bila  Anda terjebak dalam pekerjaan-pekerjaan teknis yang rutin. Waktu dan energi Anda harusnya digunakan lebih banyak untuk mengembangkan bisnis, bukan urusan teknis.
Seorang pebisnis visioner akan menyiapkan SDM (sumber daya manusia) dan juga sistemnya. Seorang pebisnis punya target “kapan bisnis Anda tetap jalan ketika Anda tinggal jalan-jalan”. Bila Anda tidak begitu, berarti Anda sebenarnya bukan pebisnis walau Anda punya usaha.
Saya punya sahabat bernama Mursida Rambe yang mendirikan Baitul Maal wat Tamwil (BMT), sejenis koperasi simpan pinjam yang beroperasi secara syariah. Saat awal mendirikan BMT memang ia ikut terjun ke pasar-pasar tradisional dan melakukan hal-hal yang sifatnya operasional. Namun itu tidak berlangsung lama. Energi dan waktunya lebih banyak dicurahkan untuk membina SDM dan membangun sistem.
Hasilnya? Usaha yang pada tahun 1994 hanya bermodal satu juta rupiah, kini beraset lebih dari Rp 60 milyar. Saya yakin BMT Beringharjo Yogyakarta yang dipimpin Mursida Rambe tidak akan berkembang seperti saat ini bila perempuan ini hanya sibuk mengurusi teknis operasional. Mursida Rambe di mata saya adalah seorang pebisnis sejati.
Apakah Anda sudah menjadi pebisnis? Atau hanya merasa menjadi pebisnis?
petikan pada artikel lainnya:
Bila Anda pebisnis, cobalah sekali-kali Anda berada pada posisi pelanggan Anda. Apakah layanan perusahaan Anda kepada pelanggan sudah memuaskan? Apakah pelanggan memperoleh banyak manfaat setelah menggunakan jasa Anda? Sebagai pelanggan layanan seperti apa yang Anda harapkan?

Sesekali Anda perlu melihat diri Anda dari sisi luar agar Anda bisa introspeksi, bisa meningkatkan rasa syukur dan tidak mudah mengeluh. Dengan cara itu, Anda juga akan belajar menyadari betapa kecilnya diri Anda bila dibandingkan dengan sekitar dan kemudian segera berbenah dan bertumbuh. Cobalah segera pandang diri Anda dari sisi luar Anda.


Keluarkan Tanganmu Dari Saku


Saat berlibur ke tempat yang dingin dan kemudian ingin menghangatkan badan, apa yang akan Anda lakukan? Salah satunya bisa degan cara membakar kayu di perapian. Apakah hangatnya akan langsung Anda dapatkan dengan hanya berkata, “Ayo perapian, berikan aku kehangatan nanti akan saya beri kayu bakar!” Tentu tidak. Anda harus “memberi” perapian kayu bakar terlebih dahulu baru kemudian Anda akan memperoleh kehangatan.
Begitu pula dalam kehidupan, Anda akan memperoleh “kehangatan” dari alam berupa kebahagiaan, rasa hormat dan keberungungan hidup bila Anda sudah memberi sesuatu untuk dunia. Jika tangan Anda selalu tersimpan di dalam saku, Anda tidak akan pernah bisa berjabat tangan dengan orang lain.. Anda tak akan pernah bisa memeluk dan membelai orang-orang yang Anda cintai.
Keluarkanlah tangan Anda dari dalam saku. Gunakanlah tangan Anda untuk memberi, membelai, menyentuh dan melakukan hal-hal yang memberi manfaat untuk diri Anda dan orang-orang di sekitar Anda. Berikanlah tanpa syarat. Seperti halnya alam yang selalu memberi apapun kepada kita tanpa syarat. Setiap hari kita mendapat sinar matahati tanpa syarat, setiap hari kita menghirup oksigen tanpa syarat!
Berikanlah yang terbaik tanpa syarat. Saya pernah membaca sebuah cerita dari sebuah buku pada tahun 2004. Didalam buku itu diceritakan tentang seorang tukang yang ahli membuat rumah. Karena sudah puluhan tahun dia membuat rumah dan merasa jenuh akhirnya ia mengajukan pensiun dini kepada pimpinannya. Tentu pimpinannya agak keberatan karena tukang ini salah satu karyawan terbaiknya.
Karena keinginan pensiunnya sudah begitu kuat akhirnya permohonan itu disetujui dengan satu syarat, “Tolong buatkan satu rumah terbaik sebelum kamu pensiun.” Tukang itu menyetujui permintaan bosnya. Namun ia mengerjakannya dengan ogah-ogahan dan asal-asalan, bahan-bahan yang dipilih juga bukan bahan yang terbaik.
Setelah rumah itu selesai maka tukang ini menghadap bosnya, “Pak, rumah sudah selesai saya buat, ini kunci rumahnya.” Setelah menerima kunci itu, bosnya berkata, “Selama ini kamu bekerja sangat baik dan saya sangat puas.  Sebagai kenang-kenangan saya berikan rumah ini kepadamu, semoga rumah yang kau buat menjadi tempat tinggal terbaik buatmu.”
Apa yang kita buat dan lakukan, itulah yang akan kita dapatkan..

Mental Wirausaha


Banyak orang merasa sudah memiliki mental wirausaha saat mereka sudah memiliki usaha atau menjalankan bisnis sendiri. Padahal mental wirausaha tidak selalu berhubungan dengan punya usaha atau tidak punya usaha. Seorang karyawan pun bisa memiliki mental wirausaha.
Apabila Anda punya usaha tetapi selama bertahun-tahun Anda masih terjebak mengerjakan pekerjaan teknis operasional berarti Anda tidak memiliki mental wirausaha. Seorang yang punya usaha restoran tapi dia terjebak mengolah masakan dan mengerjakan urusan dapur sendirian ia tak memiliki mental wirausaha. Seseorang yang membuat agar usahanya sangat tergantung dengan keberadaannya, ia tidak memiliki mental wirausaha.
Lantas seperti apa orang yang memiliki mental wirausaha? Banyak cirinya, saya sampaikan beberapa diantaranya. Pertama, ia membangun tim yang solid.  Seseorang yang bermental wirausaha tidak akan tergoda untuk menokohkan dirinya. Ia lebih memprioritaskan kerja tim yang didukung dengan sistem yang kuat. Perusahaan harus tetap jalan tanpa kehadirannya.
Tengoklah pengusaha-pengusaha besar, usaha mereka tetap berkibar walau mereka tinggal untuk keliling dunia. Bukan hanya itu, sepulang dari keliling dunia biasanya ada bisnis baru yang ia bawa untuk dikembangkan. Ia akan membentuk tim dan sistem lagi untuk mengembangkan bisnis barunya itu. Bisnisnya terus tumbuh membesar dan melebar.
Kedua, ia pro aktif membangun kekuatan dan jaringan. Seseorang yang bermental wirausaha tidak ingin maju sendirian. Secara pro aktif ia akan terus berkolaborasi dengan orang orang yang memiliki visi dan misi yang seirama. Bisnisnya kuat karena mereka saling menguatkan satu dengan yang lain. Setiap membangun kerjasama mereka ingin selalu win-win solution, saling menguntungkan bukan “yang penting saya untung”.
Ketiga, ia mudah beradaptasi dengan perubahan. Orang-orang yang bermental wirausaha tidak kaku dengan ide dan gagasannya. Mereka cepat mengikuti perubahan zaman, cepat membaca selera pasar dan kemudian memanfaatkannya untuk kemajuan bisnisnya.
Baca dan pelajarilah perusahaan-perusahaan yang mampu bertahan ratusan tahun. Mereka semua dikelola oleh orang-orang yang bermental wirausaha. Bisnisnya tidak hanya bertahan pada satu generasi tetapi bisa diwariskan kepada anak cucunya.
Nah, bagi Anda yang sudah berbisnis lebih dari 5 tahun, tolong jawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini.  Apakah sudah punya tim yang solid? Apakah jaringan yang mendukung bisnis Anda terus bertambah? Apakah produk dan jasa Anda memang sangat diminati pasar? Bila semua jawabannya belum/tidak, patut diragukan Anda memiliki mental wirausaha.


Pencipta Nilai


Anda ingin kaya? Saya yakin sebagian besar Anda menjawab: Ya. Sekarang coba Anda tuliskan 5 alasan mengapa Anda harus kaya? Atau paling tidak coba ucapkan secara jelas 5 alasan mengapa Anda harus kaya? Agar mendapat manfaat dari tulisan ini, jangan lanjutkan membaca sebelum Anda menjawab pertanyaan tadi.
Oke, sudah dijawab? Berapa banyak jawaban Anda? Kurang dari 5, persis 5 atau lebih dari 5 alasan? Menurut mentor bisnis saya, jawaban Anda mencerminkan pikiran dan tindakan Anda selama ini. Bila Anda menjawab kurang dari 5, itu berarti Anda tipe pengurang nilai. Selalu melakukan pekerjaan di bawah standar atau kewajiban yang diminta.
Tipe pengurang nilai ini, bila menjadi karyawan ia akan menjadi beban. Gaji yang diterima lebih besar dari pekerjaan yang dihasilkan. Apabila terlalu banyak karyawan tipe ini di perusahaan maka kebangkrutan tinggal menunggu waktu. Apabila ia menjadi pengusaha maka usahanya tidak akan bertahan lama. Konsumen banyak yang kecewa, apa yang dijanjikan tidak sesuai dengan kenyataan.
Apabila Anda menjawab persis 5, berarti Anda manusia rata-rata. Hanya mengerjakan yang menjadi tugas Anda. Apabila Anda bekerja dan mendapat gaji Rp 10 juta maka Anda hanya mengerjakan pekerjaan senilai Rp 10 juta. Bila lebih hanya beberapa juta saja.
Bila Anda menjawab lebih dari 5 alasan maka Anda adalah pencipta nilai. Apabila Anda bekerja dan mendapat bayaran Rp 10 juta maka Anda akan memberikan nilai berlipat dari bayaran Anda. Para pencipta nilai inilah para pemenang.  Carilah karyawan dari orang-orang yang memiliki tipe ini. Perusahaan Anda akan terus bertumbuh membesar.
Jika ia pengusaha, ia adalah pengusaha yang dipercaya oleh pelanggan dan mitra kerjanya karena selalu memberikan nilai lebih kepada mereka. Apabila Anda ingin menjadi pengusaha yang sukses saran saya jadilah tipe pencipta nilai ini. Anda harus memberikan banyak nilai dan kelebihan kepada pelanggan Anda.
Segeralah berbenah, bila saat ini Anda masih termasuk pengurang nilai atau tipe manusia rata-rata segeralah berlatih untuk menjadi pencipta nilai. Saat menjawab pertanyaan itu dari mentor bisnis sayapun hanya menjawab 5 alasan. Saya tipe manusia rata-rata. Tetapi tidak ada kata terlambat untuk berbenah, kita harus menjadi pencipta nilai, kita mulai sekarang juga!

dikutip dari:
http://artikelbrowsing.blogspot.co.id/2012/03/perhatian-punya-usaha-belum-tentu.html

No comments:

Post a Comment